Tampil di conference memang menyenangkan. Bagaimana tidak? Di sini tak hanya wadah dimana saya bisa mempresentasikan hasil penelitian, tetapi juga bagaimana motivasi terbangun ketika menyaksikan peserta lain merefleksikan budaya literasi (membaca dan menulis) mereka.
Topik yang dibahas oleh Hendi Hidayat dalam conference di Universitas Negeri Siliwangi kemarin adalah “Critical Literacy in Action: EFL Learners’ Inquiry Process Exploration”. Maksud studinya tersebut adalah bagaimana mahasiswa dapat memposisikan diri mereka sebagai pembaca yang aktif (Rosenblatt, 2005) dalam membaca teks akademik berbasis riset; merespon secara kritis ide penulis dari teks yang dibaca dan merefleksikannya dalam wujud respon tertulis.
Studi beliau ini sebenarnya tak lepas dari pengaruh Freire (1970) yang mana dia berhasil mengubah pola pikir masyarakat Brazil melalui literasi. Implikasi sosial dan pergerakannya menjadi ciri utama dari studi ini. Adapun “social movement” dalam studi beliau ini adalah bahwa mahasiswa akan merespon program ini dengan membuat conference sendiri.
Penyelenggaraan conference sebagai “social movement” mahasiswa bukanlah tanpa dasar. Ini adalah respon mereka terhadap kondisi jurusan mereka dimana budaya literasi haruslah terbangun (Freire menyebutnya “how they respond to social injustice”). Lebih jauh, teks barbasis riset yang mereka baca, memprovokasi mereka untuk melakukan hal-hal yang membuat perubahan di dunia mereka (jurusan mereka). Hal inilah yang dimaksud Freire dengan “reading the word as reading the world”.
