PENERAPAN BUDAYA LITERASI DI MASYARAKAT
Oleh : Ibrahim Guntur Nuary*
(Mahasiswa Semester VI Jurusan TBI)
Mendengar kata “literasi” sepertinya bukan hal yang aneh lagi, memang pada kenyataannya literasi di Indonesia masih perlu perbaikan dan juga perlu kesadaran diri akan berliterasi. tentunya literasi di Indonesia masih jauh dari kata baik, pasalnya orang Indonesia belum menyadari betapa pentingnya membaca dan menulis, terutama pada siswa. Membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang tidak akan pernah di pisahkan, seperti halnya membangun rumah tanpa adanya pondasi yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2015 menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa mendapat urutan ke 69 dari 76 negara. Dari penelitian tersebut berarti siswa Indonesia kemampuan membacanya masih jauh dari harapan dan sangat kurang sekali. Akan tetapi literasi tidak hanya teruntuk siswa saja, tapi untuk semua elemen masyarakat Indonesia untuk membangun budaya Literasi, agar bangsa ini melek budaya literasi.
Literasi sendiri sudah digalakkan dengan adanya GLS (Gerakan Literasi Sekolah) yang diadakan oleh pemerintah, agar siswa dapat melek Literasi dengan baik. Penerapan GLS sendiri yaitu sebelem melakukan belajar mengajar, murid harus membaca terlebih dahulu buku yang sudah disediakan oleh sekolah. Hal ini agar siswa dapat melatih dirinya sendiri dalam hal membaca, lalu dilanjutkan dengan menulis. Karena biasanya murid hanya diajarkan untuk mengerjakan soal-soal saja dan lebih mengarah kepada penilaian yang tinggi, untuk mengukur siswa tersebut pintar atau tidak dan tidak mengutamakan Literasi sebagai acuan pembangunan murid untuk mengetahui pengetahuan luas dengan membaca dan menulis. Adanya budaya literasi, diharapkan mampu untuk menggugah murid yang malas membaca, karena budaya literasi merupakan level paling rendah sebelum mencapai tahap Critical Literacy yang sudah diterapkan oleh negara maju, terutama di Finlandia. Pasalnya apabila ada seseorang banyak membaca lalu tidak dilanjutkan dengan menulis, sama hal dengan orang yang tidak mempunyai kedua tangan.
Dalam hal ini pemerintah ingin membangun budaya literasi yang sudah lama hilang ditelan bumi, tapi tidak hanya untuk murid Literasi itu dibangun, akan tetapi masyarakat harus mengerti dan memahami betul budaya Literasi agar tidak kalah saing dengan masyarakat Internasional yang makin hari pergerakannya makin maju dan menguasai pasar dunia dengan berliterasi. Di Indonesia sendiri ada kota yang sadar akan berliterasi yaitu kota Bandung. Kota yang dikenal dengan Bandung Lautan Api ini, ada sebagian masyarakatnya yang sadar akan berliterasi, terutama komunitas Rindu Menanti yang menciptakan angkot pintar atau Antar. Di dalam angkot tersebut disediakan banyak macam bacaan buku, agar penumpang seperti siswa,mahasiswa, dan masyarakat umum dapat menikmati perjalanannya dengan membaca buku. Dibandingkan memainkan gadget yang mereka miliki untuk mengisi waktu luang yang terbuang didalam angkot.
Dalam membangun melek budaya literasi, salah satunya adalah membaca, kota Bandung merupakan pencetus pertama kali untuk membangun budaya literasi dengan membudayakan membaca dengan menyediakan buku gratis di dalam angkot. Pasalnya angkot di kota yang mempunyai julukan kota kembang ini mempunyai banyak sekali angkutan umum. Agar masyarakat di kota kembang tidak bosan ketika menaiki angkot dan membuang jauh-jauh hal negatif yang berkaitan dengan angkot, maka di sediakanlah buku gratis bagi para penumpang. Selama ini angkot menjadi permasalahan karena banyak kejadian seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Untuk membuat angkot lebih nyaman pemerintah bandung menggaet Komunitas Rindu Menanti menciptakan Angkot Pintar (Antar). Pemerintah Bandung dan komunitas tersebut baru memfasilitasi angkutan umum dengan buku sekitar 14 unit angkot.
Pencetus dari Antar yaitu dari pendiri komunitas Rindu Menanti (Rosihan Fahmi), pada saaat itu komunitas Rindu Menanti mendiskusikan hal ini kepada pejabat dishub dan akhirnya di setujui oleh dishub yang ada di kota Bandung. Ia berharap Literasi di Bandung akan mengalami kemajuan pada warga yang ada di kota Bandung. Didi Ruswandi selaku kepala dinas perhubungan yang ada di kota Bandung menyebutkan bahwa tentunya sangat beharap Antar akan menjawab dua masalah yang sedang di hadapi oleh warga Bandung yaitu koleksi buku di harapkan akan membuat penumpang di dalam angkot akan nyaman dan pendapatan supir akan meningkat karena penumpang nyaman di dalam angkot.
Supir angkot yang ada di Bandung pun menanggapi hal positif terhadap layanan terkait Angkot Pintar tersebut. Dan di harapkan Antar ini dapat membuat warga Bandung tidak menganggap angkot menjadi hal yang menakutkan. Penulis pun beranggapan bahwa jika kebijakan ini di lakukan di seluruh kota yang ada di Indonesia, terutama di Cirebon yang banyak sekali angkutan umumnya. Pastinya semua masyarakat Cirebon menggunakan jasa angkutan umum untuk berpergian, karena dengan ongkos yang terjangkau dan jarang terjadi kemacetan masyarakat Cirebon dapat dengan mudah menggunakan angkot. Apabila kebijakan yang ada di kota Bandung dapat dilakukan dan dilaksanakan di Cirebon, penulis yakin Literasi akan berkembang dengan pesat dan tidak kalah dengan bangsa lain yang meiliki tingkat literasi dengan level yang sangat tinggi. Bukan hanya di Cirebon saja kebijakan tersebut dapat dilakukan, semua daerah dan kota yang ada di Indonesia dapat mencontoh kota Bandung untuk mengaktifkan kembali budaya Literasi yang semakin pudar untuk dilakaukan oleh setiap individu yang ada di Indonesia dam juga tentunya kesadaran akan berliterasi terutama membaca pasti akan terbangun dengan mudah di Indonesia. Hal ini tentunya Literasi di Indonesia setidaknya akan meningkat kearah yang lebih baik. Dan juga penulis mendukung adanya Antar untuk meningkatkan budaya membaca yang selama ini di lupakan dan di campakkan.
Oleh sebab itu, layanan mengenai Angkot pintar harus dikembangkan sedemikian rupa agar masyarakat dapat memahami betul budaya literasi yang sangat amat penting untuk menunjang masyarakat itu sendiri. Budaya literasi yang dilakukan di Bandung dapat dijadikan contoh agar masyarakat sadar akan berliterasi demi terciptanya masyarakat yang berintelektual tinggi, karena zaman sekarang menuntut setiap individu agar mengerti dan pintar dalam bidang apapun, dengan sadar budaya literasi, bangsa ini akan berkemajuan dan tahu mengenai kehidupan yang semakin menuntut untuk mengerti dan memahami kemajuan modern yang sedang berlangsung. Hadirnya Antar (Angkot Pintar) yang menyediakan buku untuk warga yang ada di Bandung harus di dukung penuh oleh pemerintah. karena hal ini akan membangun kesadaran warga untuk membaca ketika di dalam angkot.Dan juga tentunya Antar akan menjadi perubahan yang sangat berarti bagi warga bandung dan untuk masyarakat Indonesia juga serta akan menjadi contoh yang baik untuk kota yang ada di Indonesia, yang belum menerapkan Antar (angkot pintar). sebagai sarana pembangunan literasi dan pembangunan hal postif terkait Angkutan kota yang selama ini membuat warga resah karena oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap penumpang.
*Penulis adalah Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jurusan Tadris Bahasa Inggris dan Pegiat Komunitas NUN (Niat Untuk Nulis)